SOLOK - Sejak dilantik menjadi Bupati Solok pada 26 April 2021, Epyardi Asda santer dan terkenal dengan gebrakan-gebrakannya yang fenomenal, dan menjadi salah satu yang tercepat nenampakkan hasil di Sumatera Barat.
Postur anggaran di Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok Ia cek kembali. Dirombak dari akarnya, dengan memakai sistem Anggaran Berbasis Kebutuhan Masyarakat (ABKM). Baginya, uang rakyat itu harus dirasakan oleh rakyatnya.
Tak mau daerah yang Ia pimpin berjalan di tempat, gas pun terus diinjaknya tanpa khawatir lawan yang menghadang. Karena sebagaimana janji yang kerap ia ungkapkan di setiap tempat yang dikunjunginya, ‘Dia ingin menghibahkan sisa hidupnya untuk Kampung Halamannyaa yang lebih sejahtera’.
Aksi Bupati Epyardi Asda di Puskesmas Tanjung Bingkuang yang viral berdampak besar pada pelayanan Pemkab Solok kepada masyarakat.
Baca juga:
10 Pejabat Terkaya di Indonesia
|
Dampak dari gerak cepat itu, Ombudsman sebagai lembaga Negara yang bertugas mengawasi penyelenggara pelayanan publik mengapresiasi dengan memberikan penghargaan kepada Bupati Solok karena menilai pelayanan yang dahulunya terendah menjadi tertinggi di Sumatera Barat.
Sejak saat itu, Pemkab Solok di bawah kepemimpinan Epyardi terus mendapat pengharaan nasional dan internasional. Kabupaten yang dahulunya tak dikenal kini jadi perbincangan dengan berbagai dinamikanya yang terjadi.
Bagi Epyardi, menjadi Kepada Daerah di kampung halamannya adalah jalan pengabdian, bukan hanya tebar pesona, senyum-senyum tetapi maling uang rakyat. Tak ingin seperti itu, Epyardi ditempa hidup apa adanya menjadi diri sendiri, dan tentunya tegas.
Ia ingin mambangkik batang tarandam. Diakui itu bukan pekerjaan yang mudah. Untuk itu pada 29 Oktober 2021 Ia mencetuskan membentuk Solok Super Team (SST) untuk menyatukan semangat pegawai di bawah lingkungan Pemkab Solok.
Hasilnya, dengan SST banyak akselerasi dilakukan. Mulai penghargaan dari sektor pendidikan, hingga UMKM, tak kalah penting meningkatnya kunjungan wisatawan selama 2023, tembus 1 juta lebih wisatawan.
Karakter pemimpin Epyardi semakin terlihat ketika Ia tampil membela masyarakatnya yang tidak mendapat keadilan. Ia berdiri terdepan membela warganya. Pantang baginya warganya dilecehkan dan dimanfaatkan oleh politisi kutu busuk.
Baca juga:
Iwan Fals: Perubahan Bukan Pergantian
|
Di salah satu nagari contohnya, ada masalah tapal batas dengan salah satu kabupaten tetangga. Epyardi langsung menelfon bupati yang bertetangga tersebut. Ia tidak ingin masyarakatnya terganggu karena tapal batas dengan daerah lain.
Bupati Epyardi juga pernah mendapat laporan terkait adanya mobil ambulan Pemkab di salah satu nagari digunakan untuk kepentingan pribadi. Ia mengambil sikap dengan meletakkan mobil itu di kecamatan agar berlaku adil.
Memimpin bagi Epyardi Asda harus tegak dan terdepan untuk masyarakatnya. Demi rakyatnya risiko ia tempuh. Ia tidak ingin manjadi manusia yang biasa-biasa, teringat kata Buya Hamka, kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau kerja sekedar bekerja kera juga bekerja.
Dan yang paling Ia ingat adalah pesan dari Ustad Abdul Somad ketika berkunjung ke kediamannya di Singkarak. Ustad yang disapa UAS itu berpesan, jadikan kekuasaanmu untuk membela agamamu dan kampung halaman.
Apalagi Kabupaten Solok adalah tampek darah tatumpah, tali pusek nan ditanam. Dan orang Minangkabau juga mengenalnya istilah tiok lasuang baayam gadang, tiok rumah gadang batungganai.
Baca juga:
Ayo Pasang Patok Tanahmu!
|